Katakamidotcom News Indonesia

Heboh Penjara Ayin & Cece, Reformasi BNN, Copot Gories Mere

https://i0.wp.com/s220.photobucket.com/albums/dd287/wannadrink3/mobsters-rockstars/thanks-mafia-guy.gif

DIMUAT JUGA DI KATAKAMI.COM

Terpidana Mati CECE Jual Beli Narkoba Dari Dalam Rutan ? Cape Deh !

Terimakasih Ritonga, Copot Gories Mere, Lawan NARKOBA

Jika Terlibat Bekingi Narkoba, Adili & Vonis MATI Komjen GORIES MERE

Jakarta 12/1/2010 (KATAKAMI) Mewahnya sel tahanan terpidana kasus korupsi Artalyta Suryani di Rutan Pondok Bambu (Jakarta Timur), sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Mengapa ? Sebab Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur ini memang terkesan agak diluar kebiasaan dan diluar kendali. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana, tidak seperti biasanya.

Awal tahun 2009 lalu, media massa sempat menyoroti perdagangan bebas narkoba yang dikendalikan dari dalam penjara oleh terpidana mati kasus narkoba yaitu Jet Li alias Cece alias isteri dari bandar narkoba Liem Piek Kiong (MONAS).

Bayangkan, seorang terpidana mati masih tetap berani dan sangat percaya diri melanjutkan bisnis haramnya dari dalam penjara.

Dan penjara itu adalah Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur.

https://i0.wp.com/i641.photobucket.com/albums/uu133/harrybudiyanto/Ayin.jpg

Photo : Terpidana kasus korupsi ARTALYTA SURYANI (Ayin) Didalam sel tahanan MEWAH

Penjara dengan Fasilitas Bintang 5

Yang ingin disorot dalam tulisan ini bukan masalah kemewahan sel tahanan Ayin.

Tetapi fokus pada masalah narkoba.

Sebab di Rutan yang sama tempat Ayin mendekam saat ini, memang pernah terjadi perbuatan yang sangat MEMALUKAN yaitu perdagangan gelap NARKOBA yang dikendalikan secara langsung oleh seorang TERPIDANA MATI perempuan dalam kasus kepemilikan 1 juta pil ekstasi — atau yang lebih dikenal dengan kasus Taman Anggrek.

Dan jika bicara soal kasus pasutri mafia narkoba Liem Piek Kiong (MONAS) dan Jet Li alias Cece, maka mau tak mau harus bicara juga soal BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) yang sudah hampir2 tahun dipimpin Komjen Gories Mere.

Carut marutnya permasalahan kasus narkoba pasutri Liem Piek Kiong (Monas) dan Jet Li alias MONAS tidak bisa dilepaskan dari keberandaan BNN.

Saat seluruh Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menangani kasus pasutri Liem Piek Kiong & Jet Li dibahas intern oleh KEJAKSAAN AGUNG, nama BNN disinggung-singgung. Mengapa ?

KEJAKSAAN merasa dan sudah mencium ada keganjilan dalam kasus narkoba Taman Anggrek yang melibatkan Liem Piek Kiong dan Jet Li.

Bagaimana mungkin ada bandar narkoba ditangkap, isteri dan anak buahnya saja yang diajukan ke Pengadilan.

Sementara bandar utamanya DILOLOSKAN.

Siapa bandar utamanya ?

Ya siapa lagi kalau bukan LIEM PIEK KIONG alias MONAS.

Jadi mari, kita bahas soal Badan Narkotika Nasional (BNN) ini.

Kaau mau jujur, Indonesia telah menyia-nyiakan begitu banyak anggaran dan akhirnya menjadi buang-buang uang dengan mendirikan Badan Narkotika Nasional (BNN).

Mengapa ?

Ya, sebab pada akhirnya badan anti narkoba ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Desember 2008, di ruangan kerja Jaksa Agung Muda Pidana Umum (Jampidum) Abdul Hakim Ritonga diadakan pertemuan mendadak.

Jampidum Ritonga memanggil semua JAKSA yang menangani kasus itu.

Sebab ketika itu, MEDIA MASSA memberitakan kasus pasutri Liem Piek Kiong dan Jet Li.

https://i0.wp.com/www.sripoku.com/foto/berita/2009/11/9/ah_ritonga1.JPG

Photo : Abdul Hakim Ritonga

Intinya, Jampidum Ritonga menanyakan mengapa justru bandar narkoba Liem Piek Kiong alias Monas tidak ikut disidangkan dalam kasus kepemilikan 1 juta pil ekstasi di Taman Anggrek sebagai Tempat Perkara Kejadian (TKP) saat bandar ini ditangkap bersama sindikatnya bulan November 2007.

Padahal Liem Piek Kiong otaknya alias pemilik 1 juta pil ekstasi itu.

Anehnya, Liem Piek Kiong alias MONAS justru disidangkan untuk kasus kepemilikan 1,5 kg sabu. Jampidum Ritonga sampai geleng-geleng kepala atas munculnya PERMAINAN yang disinyalir meloloskan Liem Piek Kiong (Monas) untuk yang ke sekian kalinya.

Inilah hebatnya INDONESIA, ada sindikat narkoba ditangkap POLISI dengan jumlah manusia yang ditangkap sebanyak 9 orang.

Tetapi yang diajukan ke PENGADILAN cuma 3 orang saja.

Yang lainnya RAIB — terutama KOMANDAN UTAMA dari sindikat narkoba tersebut yaitu Liem Piek Kiong alias MONAS –.

Hebat kan !

Ada 9 orang yang ditangkap tetapi hanya 3 yang diajukan ke Pengadilan.

Ketiganya ini sudah DIVONIS MATI — salah seorang diantaranya adalah CECE –.

http://redaksikatakami.files.wordpress.com/2009/03/2-monas6.jpg

Photo : Kapolri Sutanto saat sidak ke Apartemen Taman Anggrek (Nov 2007)

Dalam pertemuan di ruang kerja Jampidum itulah, salah seorang Jaksa yang menangani kasus Jet Li alias Cece mengatakan bahwa BNN berjanji akan menangkap kembali Liem Piek Kiong alias Monas agar bisa diajukan ke Pengadilan.

Janji itu ternyata omong kosong belaka.

Patut dapat diduga BNN memang sengaja membiarkan dan meloloskan bandar narkoba Liem Piek Kiong alias Monas.

Harusnya kita sebagai sebuah bangsa, merasa malu kepada komunitas internasional.

Ada sebuah kasus narkoba yang sangat menggemparkan, target operasi (TO) dalam operasi penangkapan kasus narkoba di Taman Anggrek pada bulan November 2007 tidak disidangkan sesuai kasus yang menimpanya.

Ya, Liem Piek Kiong alias MONAS sudah 3 kali berturut-turut diloloskan dari jerat hukum.

Hebat sekali oknum perwira tinggi POLRI yang patut dapat diduga menjadi beking dari bandar narkoba Liem Piek Kiong alias MONAS.

Pemerintah – khususnya Presiden SBY – harus menerapkan Reward dan Punishment.

Pantaskah dipertahankan seorang pejabat penanganan narkoba jika sudah gagal total dalam menjalankan tugasnya ?

Kami mempersoalkan keberadaan Ketua BNN Komjen Gories Mere dalam konteks ini.

Tidak sepantasnya pejabat yang gagal total ini dipertahankan.

Patut dapat diduga, Komjen Gories Mere adalah beking dari pasangan “narkoba” spektakuler yaitu Liem Piek Kiong alias Monas dan Jet Li alias Cece.

https://i0.wp.com/data5.blog.de/media/898/3376898_914dc925ae_m.jpg

Photo : Terpidana Mati Jet Li alias CECE

Bayangkan saja, ada TERPIDANA MATI kasus narkoba yang sangat menghebohkan, masih berani mengendalikan perdagangan gelap NARKOBA dari dalam penjara.

Satgas Pemberantasan Mafia Hukum yang melakukan sidak ke Rutan Pondok Bambu itu patut dicibir karena patut dapat diduga hanya CARI SENSASI dengan menjual kegerlapan sel tahanan Ayin semata.

Sidak dong TERPIDANA MATI bernama Jet Li alias CECE yang ditahan di Rutan Pondok Bambu.

Kelihatan sekali Satgas ini tidak punya PENGETAHUAN yang lengkap soal Rutan Pondok Bambu.

Seakan cuma mau mencari SENSASI HEBOH di media massa seputar Ayin.

Hei, di Rutan Pondok Bambu itu telah terjadi PERDAGANGAN GELAP NARKOBA yang dikendalikan oleh TERPIDANA MATI kasus narkoba paling menghebohkan karena patut diduga DIBEKINGI oleh oknum PERWIRA TINGGI POLRI yang sangat UNTOUCHABLE.

Luar biasa !

Gila sekali hal ihwal beking membeking ini.

Hukum dikangkangi.

Hukum diinjak-injak.

Hukum dianggap tak ada.

Dan PRESIDEN SBY hanya diam saja, tak berani berbuat apa-apa !

Kepala negara apa itu, cuma basa basi saja memerangi narkoba !

Tidak ada nyalinya memberantas mata rantai mafia narkoba !

Barangkali, itu hanya ada di Indonesia ini.

Sudah DIVONIS MATI, masih sangat berani dan lancang melanjutkan bisnis haramnya di negara ini.

Tidak ada proses hukum yang dijalankan.

Komjen Gories Mere — Perwira Tinggi asal NTT ini — seakan kebal hukum.

Padahal di muka hukum, semua warga negara sama kedudukannya.

Presiden SBY harus memiliki kemauan dan ketegasan yang baik dalam menjalankan roda pemerintahan yang bersih dan bertanggung-jawab.

Apakah bisa disebut bersih dan bertanggung-jawab, jika sebuah badan anti narkoba dipimpinan oleh Perwira Tinggi yang sangat bermasalah ?

Mari kita layangkan ingatan pada kasus pencurian narkoba sabu seberat 13 kg pada pertengahan tahun 2006. (BACA : 13 Kg Shabu Hilang, Komjen Pastika Sinyalir Ada Permainan)

Waktu boleh saja berlalu tetapi publik tidak akan pernah melupakan PENCURIAN LIAR dari dalam gudang penyimpanan barang bukti narkoba itu.

Mari kita layangkan juga ingatan pada kasus penembakan misterius bandar narkoba Hans Philip pada tahun 2005.(BACA : Mengapa Hans Ditembak Mati? )

Hampir 5 tahun berlalu, kasus penembakan misterius (PETRUS) ini tidak diselidiki dan justru dipeti-eskan.

Padahal patut dapat diduga Hans Philip dibekingi oleh oknum Perwira Tinggi POLRI yang “untouchable” alias tidak tersentuh oleh proses hukum.

https://i0.wp.com/www.pos-kupang.com/photo/2009/06/83bf0580481ecab1e92474053a089fcc.jpg

Saatnya kini, Presiden SBY bersikap tegas.

Kami termasuk media massa yang sangat amat konsisten menyoroti masalah ini.

Semua kritikan ini didasari kecintaan kami kepada bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

Selamatkan generasi muda dari ancaman narkoba yang justru dibukan kerannya oleh oknum Perwira Tinggi POLRI.

Kami tidak akan pernah bosan mengingatkan Presiden SBY bahwa patut dapat diduga Komjen Gories Mere adalah beking mafia-mafia narkoba yang sindikatnya beredar di dunia internasional.

Tidak akan ada proses hukum yang bisa dijalankan jika pejabat yang bersangkutan masih menjabat.

Copot dulu agar perbuatan melawan hukum yang patut dapat diduga dilakukan Komjen Gories Mere bisa dijalankan sebagaimana mestinya.

Selain karena PATUT DAPAT DIDUGA terlibat dalam begitu banyak PELANGGARAN HUKUM, Komjen Gories Mere sudah termasuk SANGAT LAMA menjabat sebagai Ketua BNN (kini sebutan jabatannya bukan lagi Kalakhar tetapi menjadi Ketua).

Sudah hampir 2 tahun Komjen Gories Mere menjabat sebagai Ketua BNN.

Ia dilantik menjadi Ketua Pelaksana Harian (Kalakhar) BNN tanggal 3 Juni 2008.

Samasekali TIDAK ADA PRESTASI.

Untuk apa dipertahankan pejabat yang stagnan alias TIDAK ADA PRESTASI KERJA ?

Perwira Tinggi Angkatan 1976 ini sudah sepantasnya diganti oleh Angkatan yang lebih muda yaitu Angkatan 1980-an dalam struktur organisasi POLRI.

Ganti saja !

Bikin malu saja karena menjabat pada jabatan yang PRESTISIUS tetapi TIDAK ADA PRESTASI KERJA.

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:txHbmx3p25Kr8M:http://data5.blog.de/media/798/3375798_ff37d43bcc_m.gif

Photo : Komjen GM

Mau sampai berapa lama lagi menjabat pada jabatan yang sama ?

Jangan serakah dong.

Copot saja Komjen Gories Mere sebab tidak boleh ada PENGUASAAN SEPIHAK terhadap sebuah jabatan.

Atau istilahnya L 4 (Lu Lagi Lu Lagi ).

Tidak akan ada masalah yang timbul jika BNN di reformasi.

Lakukan pembersihan dan reformasi total di tubuh BNN.

Pemerintah – khususnya Presiden SBY – justru harus berani mengganti aparatur penyelenggara negara yang bermasalah.

Tidak usah takut.

Tidak usah ragu.

Tidak usah setengah hati.

Sangat TIDAK WAJAR jika ada pejabat yang dibiarkan sangat lama menjabat dan bercokol dalam sebuah jabatan yang itu-itu saja.

Regenerasi di tubuh POLRI akan menjadi sangat tersumbat, macet dan jalan di tempat.

https://i0.wp.com/www.primaironline.com/images_content/20091218Logo%20BNN%20gannas.or.idLogo%20copy.jpg

BNN memang harus benar-benar direformasi.

BNN tidak boleh lagi menjadi sebuah badan anti narkoba yang patut dapat diduga penuh dengan kamuflase.

Bersihkan badan anti narkoba ini !

Jika disebutkan bahwa sekarang BNN terpisah dari POLRI dan akan langsung berada dibawah Presiden maka pertanyaannya Perwira Tinggi berbintang berapakah yang pantas memimpin lembaga itu ?

Bintang 4 aktif dari jajaran POLRI, bintang 4 Purnawirawan dari jajaran POLRI, tetap bintang 3 aktif POLRI atau bintang berapa ?

Yang harus diingat disini adalah POLRI tetap menjadi ujung tombak Pemerintah dalam pemberantasan narkoba.

POLRI tetap harus diutamakan dan berada di garda terdepan.

Bukan BNN !

BNN tidak perlu dan jangan sampai dibuat terpisah dari struktur organisasi POLRI.

Pemberantasan narkoba dalam domain utama dari tugas Kepolisian.

Itu jangan diganggu-gugat.

Sedangkan didalam badan anti narkoba BNN, terdapat begitu banyak perwakilan dari instansi-instansi lain di luar POLRI.

Silahkan saja BNN mendampingi dan melengkapi tugas-tugas POLRI dalam menangani kasus-kasus narkoba.

Tetapi tidak bisa dibiarkan hanya BNN yang bergerak sendirian.

Jangan biarkan itu terjadi !

Waduh, mau jadi negara ini kalau ada pejabat yang PATUT DAPAT DIDUGA sangat bermasalah justru dibiarkan enak-enakan menduduki JABATAN PENTING dalam waktu yang relatif lama.

Kayak tidak ada saja, Perwira Tinggi yang baik dan berkemampuan tinggi.

Masih banyak POLISI yang baik dan punya integritas tinggi.

https://i0.wp.com/www.primaironline.com/images_content/2009107Mabes%20Polri.jpg

Memisahkan BNN dari struktur organisasi POLRI hanya akan mengebiri tugas-tugas pokok POLRI dalam masalah pemberantasan narkoba.

Sebagai ilustrasi, POLRI harus dapat menjadi matahari yang bersinar menerangi kegelapan bumi dalam pemberantasan narkoba.

Jangan sampai ada MATAHARI kembar yang bersinar sebab hanya ada satu MATAHARI yang “LAYAK” bersinar.

BNN perlu direformasi dan reformasi dalam organisasi seperti BNN, bukan dengan cara memisahkannya dari struktor organisasi POLRI.

Dibiarkan jalan sendirian dan berada langsung di bawah PRESIDEN.

Dibiarkan “makin tidak tersentuh dan makin tidak terkontrol” oleh MABES POLRI. Begini deh, Presiden SBY mungkin sedang sangat sibuk dan LUPA bahwa Juni 2007 Komjen Gories Mere pernah secara SENGAJA melangkahi dan tidak menganggap Presiden SBY sebagai PRESIDEN INDONESIA.

Ada kejadian apakah pada bulan Juni 2007 ?

Ketika itu, Tim Anti Teror yang dipimpin langsung oleh Komjen Gories Mere menangkap dua dedengkot Al Jamaah Al Islamyah (Zarkasih dan Abu Dujana).

Saat kedua teroris ini ditangkap, Tim Komjen Gories Mere tidak MELAPORKANNYA kepada Presiden SBY dan MABES POLRI.

Tetapi langsung memberitahukannya ke PIHAK ASING yang posisi negaranya berdekatan dengan INDONESIA.

Lalu pimpinan negara tersebut yang mengumumkan dan mengucapkan SELAMAT dari negaranya bahwa TIM ANTI TEROR POLRI pantas diberi selamat karena berhasil menangkap TERORIS tanggal 9 Juni 2007.

Presiden SBY dan rakyat Indonesia baru diberitahu beberapa hari kemudian.

Jadi lihat dong, REKAM JEJAK seseorang jika ingin diberi tanggung jawab yang lebih besar.

Kelakuan apa itu, membocorkan RAHASIA NEGARA kepada pihak ASING ?

Yang membocorkan itu, Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing ?

Apakah patut dapat diduga berprofesi ganda juga sebagai AGEN MATA-MATA ASING ? Jangan dipelihara bibit-bibit pengkhianat di negara ini.

MEMALUKAN !

https://i0.wp.com/www.inilah.com/data/berita/foto/24298.jpghttps://i0.wp.com/www.presstv.com/photo/20081118/ebrahimpour20081118210522265.jpg

Presiden RI adalah Susilo Bambang Yudhoyono tetapi tahun 2007 itu Tim Anti Teror yang dipimpin langsung oleh Komjen Gories Mere seakan tidak peduli tentang siapa dan bagaimana kedudukan SBY di negara ini.

Komjen Gories Mere ada di lokasi penangkapan sehingga TANGGUNG JAWAB secara keseluruhan ada pada pria FLORES ini.

Sumber KATAKAMI di Istana Kepresidenan pada waktu itu menyebutkan bahwa Presiden SBY sangat amat kecewa karena kelakuan Tim Anti Teror POLRI yang memberitahu pihak asing terlebih dahulu.

Wajar KEPALA NEGARA kecewa.

Rakyat Indonesiapun kecewa atas pengkhianatan seperti itu.

Jadi kalau BNN dibuat LANGSUNG dibawah PRESIDEN (sementara BNN sendiri masih dipimpin oleh seseorang yang patut dapat diduga SANGAT BERMASALAH), mau jadi apa INDONESIA ?

Tidak bisa dibiarkan seperti itu.

Ingat dong Pak SBY, apa yang sudah dilakukan terhadap diri anda sebagai KEPALA NEGARA saat penangkapan Zarkasih dan Abu Dujana ? Jangankan Presiden SBY, MABES POLRI saja tidak diberitahu soal penangkapan itu.

Hebat kan !

Kelakuan Komjen Gories Mere ini serba “HEBAT” !

Masak mau dilupakan begitu saja ketika Presiden SBY, Indonesia & MABES POLRI DILECEHKAN begitu saja.

Dan sekarang, darimana ceritanya ada badan anti narkoba yang bisa diberi kewenangan melebihi induk ORGANISASI utamanya dalam memelihara kamtibmas.

Segala sesuatu yang merupakan perbuatan melawan hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini adalah menjadi TUGAS POKOK POLRI dalam menangani secara resmi.

Ketika BNN masih berada didalam struktur organisasi POLRI saja, sudah lancang dan berani menipu Jajaran KEJAKSAAN AGUNG dalam kasus narkoba Liem Piek Kiong.

Apalagi nanti kalau dibiarkan EKSKLUSIF dibawah Presiden.

http://ucupentong.files.wordpress.com/2008/12/haramkan-narkoba_resize.jpg

Tidak perlu EKSKLUSIVITAS dalam penanganan NARKOBA.

Negara memang tidak boleh kalah melawan narkoba.

Itulah jargon-jargon yang selalu disampaikan oleh Presiden SBY dalam hal perang terhadap narkoba.

Membuat negara menjadi tidak kalah dari NARKOBA, bukan dengan cara mengeksklusifkan badan anti narkoba semacam BNN menjadi langsung dibawah kendali PRESIDEN.

Ikuti dong aturan mainnya.

Jangan dikarang-karang saja semaunya untuk urusan yang sangat baku sekali.

Keterlaluan jika ada yang merasa bahwa penanganan NARKOBA adalah HAK EKSKLUSIF dirinya untuk dilaksanakan.

Jadi, singkat kata, copot Ketua BNN Komjen Gories Mere. POLRI harus menunjuk Perwira Tinggi dari Angkatan yang jauh lebih muda.

Jangan dibiasakan MEMBIARKAN seorang pejabat bercokol TERLALU LAMA dalam sebuah jabatan.

Semua pihak harus MENDUKUNG Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri dalam melanjutkan reformasi birokrasi dan regenerasi dalam tubuh POLRI.

Berikan kesempatan kepada Angkatan yang lebih muda untuk MEMIMPIN badan anti narkoba BNN.

https://i0.wp.com/www.kaltimpost.co.id/uploads/berita/dir27082009/img27082009363191.jpg

Photo : Irjen Mathius Salempang

Salah seorang yang sangat pantas untuk dipertimbangkan menjadi Ketua BNN adalah Irjen Polisi MATHIUS SALEMPANG yang saat ini menjadi Kapolda Kalimantan Timur.

Sekali lagi, copot Komjen Gories Mere !Sudahlah, sudah cukup masa BERKUASA selama 2 tahun di BNN.

Roda kehidupan harus terus berputar.

Mau sampai kapan sebuah JABATAN dikuasai sementara tongkat estafet kepemimpinan itu sudah saatnya diserahkan kepada GENERASI yang lebih muda ?

Dan yang terpenting diatas semua itu adalah jangan dipertahankan yang patut dapat diduga justru menjadi BEKING dari mafia-mafia narkoba.

Cari makan kok dari uang haram !

Cari makan kok dengan cara sesat.

Cari makan kok liar.

Cari makan kok dari NARKOBA !

(MS)

May 3, 2010 - Posted by | Uncategorized

Sorry, the comment form is closed at this time.