Megawati Sentil Century, SBY Jangan Asal Comot Calon Kapolri
Teka Teki Kapolri Baru Tunggulah BHD Pensiun, Gitu Aja Kok Repot
Komjen Jusuf Manggabarani Tak Ingin Ingkari Kebenaran & Terus Lakukan Yang Terbaik
Jakarta 9/4/2010 (KATAKAMI) Siapa sih yang tak mau jadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Kapolri ?
Jabatan Kapolri yang dikenal juga dengan sebutan Tri Brata 1 ini memang merupakan jabatan maha istimewa bagi kalangan aparat negara berseragam coklat.
Sehingga untuk bisa mencapainya, patut dapat diduga akan ada saja trik-trik, manuver-manuver dan akal busuk untuk bisa mencaplok jabatan Tri Brata 1 ini. Bagaimana caranya untuk bisa menggulingkan dan menggeser Jenderal Bambang Hendarso Danuri dengan cara tercepat dan terlegal menurut aturan serta ketentuan yang berlaku ?
Bagaimana caranya agar sejumlah Perwira Tinggi Polri yang menjadi “THE RISING STAR” di jajaran Bayangkara Negara ini tak dilirik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) – agar dirinyalah yang dianggap paling ideal menjadi Kapolri atau TB 1 — ?
Bagaimana caranya agar media massa terpesona dan jatuh hati pada sosok tertentu agar terbangun opini publik bahwa dirinya yang paling pantas mendepak nama Jenderal Bambang Hendarso Danuri dan siapapun yang paling pantas menggantikan (yang notabene saat ini termasuk dalam jajaran pejabat teras Polri) ?
Bagaimana caranya agar bisa bermuka tanpa dosa dan terlihat begitu mumpuni dimata masyarakat agar seolah-seolah hanya dirinyalah yang paling bersih di kalangan polisi-polisi di republik ini ?
Bagaimana caranya agar politik mercu suar yang diterapkan berbuah mukjizat yaitu dengan cara memuntahkan amunisi-amunisi perang terbuka di atas permukaan untuk diketahui rakyat Indonesia bahwa POLRI adalah sebuah institusi yang bobrok, kotor, liar dan tak bermoral ?
Megawati Soekarnoputri : Hati Saya Perih Dicurangi
Orang pertama yang perlu disadarkan disini tentang apa, siapa dan bagaimana figur Kapolri yang paling pantas menggantikan Kapolri Jenderal BHD adalah Presiden SBY.
Sebab seorang Kepala Negara (berdasarkan Undang Undang) memiliki hak prerogatif untuk memilih, menunjuk dan menentukan kandidat atau calon Kapolri untuk diajukan ke Parlemen – yang kemudian akan di seleksi di Komisi III DPR-RI yang membidangi masalah Hukum – sebab calon yang diajukan itu wajib mendapat persetujuan dari DPR-RI.
Presiden SBY jangan sekali-sekali mengulangi lagi kesalahan di masa lampau yaitu memberikan harapan-harapan kosong kepada perwira tinggi manapun untuk menjadi pucuk pimpinan di instansi semacam TNI atau POLRI.
Presiden SBY jangan melupakan kesalahan fatal yang pernah dilakukannya terhadap Jenderal Ryamizard Ryacudu yang ketika itu menduduki jabatan sangat strategis sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
Sekitar bulan November 2004, Jenderal Ryamizard Ryacudu pernah dipanggil dan diundang bertemu dengan Presiden SBY di Istana Kepresidenan.
Dalam pertemuan pribadi di Istana Kepresidenan itu, Presiden SBY memeluk dan mengatakan kepada Jenderal Ryamizard Ryacudu bahwa SBY akan memilih Ryamizard sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal Endriartono Sutarto.
Photo : Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu
Seusai pertemuan dengan Presiden SBY, Ryamizard menghubungi Pemimpin Redaksi KATAKAMI.COM Mega Simarmata (yang ketika itu masih bekerja sebagai wartawan Radio Voice Of America).
Dalam pembicaraan di telepon itulah, Ryamizard menceritakan bahwa SBY sudah menyampaikan niatnya untuk memilih Ryamizard sebagai Panglima TNI.
Tapi apa yang terjadi ?
Istana Kepresidenan – khususnya Presiden SBY – dengan sangat sengaja menggantung nasib Jenderal Ryamizard Ryacudu yang merupakan Jenderal berbintang 4 di dalam organisasi TNI Angkatan Darat.
Selama 1,5 tahun, Ryamizard diombang-ambing dalam penantian yang sangat menyakitkan hati terkait pencalonan sebagai Panglima TNI sebab Ryamizard-lah satu-satunya di seluruh dunia ini Jenderal AKTIF berbintang 4 yang di buat non job selama kurun waktu 1,5 tahun.
Kejam sekali.
Agar tidak terlalu kelihatan bahwa SBY hendak mematikan karier Ryamizard maka masa tugas Jenderal Endriartono Sutarto sebagai Panglima TNI diperpanjang selama 1,5 tahun.
Sampai akhirnya, SBY memilih rekan seangkatannya (sesama lulusan Angkatan 1973) yaitu Marsekal Djoko Suyanto untuk menggantikan Endriartono Sutarto menjadi Panglima TNI.
Photo : Marsekal Djoko Suyanto dilantik sebagai Panglima TNI
Kapolri Jenderal BHD : Wajib Hukumnya Polri Mengamankan Kunjungan Obama
Komjen Jusuf Manggabarani : Tugas Kami Tingkatkan Kesejahteraan
Komjen Ito : Polri Tetap Tegar, Tanya Susno Apa Maksudnya
Dan secara kebetulan, Pemimpin Redaksi KATAKAMI.COM Mega Simarmata jugalah menjembatani “komunikasi tidak langsung” antara Jenderal Ryamizard Ryacudu dan Marsekal Djoko Suyanto saat pencalonan dilakukan hingga akhirnya Ryamizard menyampaikan pesan khusus kepada Djoko Suyanto.
Pesan itu berbunyi, “Sampaikan pada Djoko, gue tidak sakit hati. Gue dukung dia jadi Panglima TNI”.
Yang harus di ingat disini adalah tak semua Perwira Tinggi bisa sebaik, setenang dan sekuat Ryamizard dalam menerima kenyataan yang sangat amat pahit seperti ini.
Ryamizard hanya diam.
Tak pernah memprotes sikap yang sangat tidak elegan dari SBY.
Kalau memang tidak mau memilih Ryamizard, ya jangan menyampaikan janji-janji surga alias janji-janji palsu alias janji-janji kosong.
Level tertinggi dalam masalah kepangkatan – baik di TNI dan POLRI – adalah Jenderal berbintang 4.
Sejarah sudah mencatat bahwa kepada Jenderal berbintang 4 saja, SBY sudah berani dan terbukti pernah menyampaikan janji-janji surga alias janji-janji palsu alias janji-janji kosong.
Mengapa semua ini disinggung disini ?
Tidak lain karena Presiden SBY perlu diingatkan tentang perlunya menciptakan kondisi yang kondusif bagi institusi semacam TNI dan POLRI.
Hak prerogatif yang dimiliki oleh seorang Kepala Negara dalam memilih dan menentukan pejabat setingkat Kapolri dan Panglima TNI tidak bisa disalah-gunakan seenaknya saja.
Pilihlah figur yang sangat tepat dan memiliki rekam jejak yang tak ada cacat cela dalam bidang hukum, HAM dan norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat.
Begitu juga dalam INSTANSI POLRI !
Jangan menganggap bahwa POLRI ini adalah sebuah lembaga yang bisa di utak-atik, di guncang-guncang dan di preteli sedemikian rupa untuk mengalihkan isu tertentu yang sangat kuat gaungnya kepada pihak penguasa.
Photo : Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri
Mengutip pidato politik Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri beberapa hari lalu ialah PDI Perjuangan konsisten untuk terus mengkritisi dan mendorong penyelesaian KASUS CENTURY.
Bisa jadi, pidato politik Ibu Megawati ini adalah sebuah sindiran yang sangat tajam tentang raibnya isu soal CENTURY dari permukaan dan pemberitaan media massa sebulan terakhir ini.
Pidato politik Ibu Megawati ini memang setajam SILET dalam menyoal raibnya uang sebesar Rp. 6,7 Triliun.
Kembali kepada permasalahan siapa yang harus menggantikan Jenderal Bambang Hendarso Danuri sebagai Kapolri atau TB 1 ?
Sebelum pertanyaan ini dijawab maka yang harus diingatkan (kembali) kepada Presiden SBY adalah masa pensiun Jenderal Bambang Hendarso Danuri hanya tinggal beberapa bulan lagi yaitu per tanggal 1 November 2010 mendatang.
BHD yang memiliki Nomor Registrasi Pokok (NRP) 5210 ini sebenarnya akan pensiun pada bulan Oktober 2010 tetapi secara ADMINISTRASI masa purna bhakti itu akan resmi berlaku pada tanggal 1 bulan berikutnya (dari bulan kelahiran yang bersangkutan).
Photo : Kapolri Jenderal BHD
Seperti yang sudah diterapkan SBY terhadap Mantan Kapolri sebelumnya yaitu Jenderal Polisi Sutanto yang diganti karena faktor PENSIUN maka hendaklah hal yang sama juga diberlakukan SBY terhadap BHD.
Biarkan BHD menyelesaikan masa tugasnya sebagai Kapolri sampai memasuki masa purna bhakti yang hanya tinggal hitungan bulan saja.
Dan ada beberapa nama yang paling pantas untuk menggantikan Jenderal BHD yaitu Komjen Jusuf Manggabarani (Lulusan Akpol tahun 1975) atau Komjen Ito Sumardi (Lulusan Akpol Tahun 1977).
Komjen Jusuf Manggabarani saat ini menjabat sebagai Wakapolri.
Sementara Komjen Ito Sumardi saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Reserse dan Kriminal atau Kabareskrim Polri.
Merekalah yang saat ini menjadi THE RISING STAR dalam organisasi POLRI.
Merekalah yang kemilau dari kebintangannya bersinar untuk dilirik oleh Presiden SBY.
Faktor terpenting untuk menjadi seorang PEMIMPIN adalah kemampuan yang tinggi dalam menjaga keutuhan atau soliditas POLRI.
Faktor selanjutnya yang sangat dibutuhkan adalah memiliki jiwa kepemimpinan atau LEADERSHIP yang sangat menonjol.
Tidak sesumbar keluar menyanyikan nada-nada sumbang yang menjatuhkan moral seluruh POLISI di republik ini.
Tidak membangkang dengan cara membeberkan ini dan itu kesana kemari tanpa henti dan sangat marathon sekali menyodok INSTITUSI yang sudah membesarkan selama ini.
Satu contoh kecil saja, hobi dari SBY sepanjang menjadi Presiden adalah menggelar rapat atau sidang-sidang kabinet yang dilakukan terus menerus.
Pemimpin Redaksi KATAKAMI.COM Mega Simarmata bisa mengatakan seperti ini karena memang memiliki pengalaman bertugas sebagai WARTAWAN ISTANA KEPRESIDENAN selama kurun waktu 9 tahun yaitu periode 1999 – 2008.
Bayangkan kalau misalnya SBY mengundang pejabat Kapolri untuk hadir dalam sidang kabinet tetapi pihak yang diundang tidak mau hadir.
Bayangkan juga kalau pembangkangan itu justru disampaikan saja lewat SMS atau pesan singkat di BLACKBERRY alias BLACKBERRY MESSENGER (BBM).
“Saudara Ajudan, tolong sampaikan kepada Bapak Presiden saya tidak bisa hadir karena ada acara yang lebih penting dari sekedar sidang kabinet”.
Lalu, apakah SBY yakin kalau misalnya ia memilih nama calon Kapolri yang dianggap bisa jadi “kuda hitam” di jajaran Polri maka sepanjang masa kekuasaan jilid 2 kabinet Indonesia Bersatu ini pihak Kepresidenan atau Keluarga Presiden tidak akan disentuh atau dibuka aibnya jika patut dapat diduga tersenggol dalam kasus-kasus tertentu ?
Pelajari karakter dan watak seseorang dalam menentukan jabatan yang akan diberikan.
Apakah pantas jika ada pejabat-pejabat yang hobi mendokumentasikan rahasia-rahasia negara – di saat ia menjabat — untuk kemudian dibeberkan ke muka umum sesuai kepentingannya ?
SBY jangan bermain-main dengan masa depan Polri ( dan TNI ).
Biarkanlah INSTITUSI POLRI tumbuh dan berkembang menjadi sebuah INSITUSI yang profesional dan proporsional.
Pilihlah calon Kapolri yang terbaik dan bersih rekam jejaknya.
Menunggu memang pekerjaan yang sangat menjemukan sekali.
Tetapi demi kepentingan bangsa dan negara, maka tidak ada salahnya menunggu Jenderal BHD memasuki masa pensiunnya dalam hitungan beberapa bulan ke depan.
Salah seorang bawahan SBY yang sangat mengetahui seluk beluk POLRI adalah Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Sutanto.
Tanyakan pada Sutanto, siapa dan bagaimana figur Komjen Jusuf Manggabarani dan Komjen Ito Sumardi.
Mintalah masukan-masukan dan pertimbangan-pertimbangan dari Sutanto yang merupakan Mantan Kapolri, apakah lebih baik Komjen Jusuf Manggabarani yang menjadi Kapolri atau Komjen Ito Sumardi.
Photo : Mantan Kapolri Jenderal Polisi Sutanto
Tanya dong pada Sutanto sebab dialah satu-satunya orang terdekat SBY yang tahu betul watak dan perangai dari setiap Perwira Tinggi Polri saat ini sebab Sutanto pernah memimpin POLRI selama 38 bulan.
Jadi, SBY jangan bertanya pada orang yang salah.
Dan jangan juga malu untuk bertanya sebab ada pepatah yang mengatakan, “MALU BERTANYA, SESAT DI JALAN”.
Seribu jalan menuju Roma, demikian kata pepatah lainnya.
Pasti akan ada saja cara dan jalan yang dilakukan bagi siapa saja yang ingin menjadi Kapolri tetapi tidak semua manuver-manuver kelas tinggi akan berhasil menjadi senjata pamungkas meraih jabatan.
Jadi jangan sampai Presiden SBY asal comot saja untuk didudukkan dalam jabatan sebagai Kapolri. Atau, jangan kumat memberikan janji-janji palsu untuk patut dapat diduga sekedar dimanfaatkan menciptakan kondisi DARURAT agar isu Century dialihkan ke isu-isu Pajak yang harus dibuat sangat MAK NYUS gaungnya.
Menunggu BHD pensiun, bukanlah sesuatu yang sulit.
Hanya tinggal beberapa bulan kok.
Setelah itu, liriklah Komjen Jusuf Manggabarani atau Komjen Ito Sumardi karena keduanya sangat menonjol jiwa kepemimpinan atau LEADERSHIP-nya.
Dan yang terpenting, keduanya memiliki rekam jejak yang baik.
(MS)
Wahai SBY Kok hanya Depkeu, Berikanlah Renumerasi TNI, Polri & Jaksa
DIMUAT JUGA DI KATAKAMIDOTCOM.WORDPRESS.COM
Surat Terbuka Kepada Presiden SBY Seputar Komjen Gories Mere
Jakarta 31/3/2010 (KATAKAMI) Persetan dengan kepulangan Gayus Tambunan yang berhasil di ringkus secara “santun” oleh Jajaran POLRI. Gaya penangkapan yang cerdas seperti ini memang patut di acungi jempol. Itulah kelebihan dari Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD).
Seperti itu jugalah dulu BHD – saat masih menjabat sebagai Kepala Badan Reserse & Kriminal (KABARESKRIM) sewaktu hendak “menangkap” Mantan Deputi Badan Intelijen Negara (BIN) Mayjen TNI (Purn) Muchdi Pr yang tersandung dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir.
BHD turun langsung ke lapangan untuk melobi pihak Muchdi PR di suatu tempat dan membukakan “jalan” kepada Muchdi Pr agar mantan Danjen Kopassus ini yang menyerahkan diri ke Bareskrim Polri beberapa tahun yang lalu.
Tidak ada acara gagah-gagahan menangkap ala penangkapan copet di dalam bis kota.
Jadi ketika sekarang Gayus Tambunan berhasil “digelandang” pulang ke tanah air dengan cara yang sangat “manis” seperti ini, pastilah berkat kecerdasan dan kematangan POLRI secara institusi dibawah kepemimpinan Kapolri BHD.
Jadi, ini bukan kali pertama POLRI mendulang sukses menangkap buron atau tersangka yang sangat disorot publik kasus hukumnya.
Dan walaupun Gayus Tambunan sudah kembali ke tanah air hari Rabu (31/3/2010) ini, ada hal yang jauh lebih penting untuk dibicarakan disini yaitu masalah RENUMERASI atau kenaikan gaji (kesejahteraan) berdasarkan prestasi kerja.
Sungguh terkejut sekali mendengar informasi yang disampaikan media massa – khususnya Metro TV – yang menyampaikan bahwa DEPARTEMEN KEUANGAN sudah menaikkan angka gaji pegawainya berdasarkan kebijakan RENUMERASI.
Dimana lewat RENUMERASI ini, hitung-hitungan gaji bisa membumbung tinggi alias naik berlipat kali ganda, berdasarkan prestasi kerja setiap anggota atau pegawainya.
Setidaknya, selama hampir dua tahun terakhir ini, perjuangan meloloskan angka RENUMERASI bagi bawahan mereka masing-masing terus dilakukan tanpa henti oleh Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dan Jaksa Agung Hendarman Supandji (barangkali termasuk juga Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso).
Bayangkan, betapa panjangnya perjuangan untuk menaikkan gaji pada bawahan mereka lewat kebijakan RENUMERASI ini.
Tak selesai-selesai pembahasan soal RENUMERASI ini selama hampir 2 tahun.
Tetapi jika benar DEPARTEMEN KEUANGAN sudah merealisasikan kebijakan RENUMERASI ini kepada seluruh karyawannya, maka patut dipertanyakan mengapa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengistimewakan seorang Sri Mulyani yang memimpin Departemen Keuangan di Indonesia ini ?
Photo : Menkopolhukkam Djoko Suyanto, Panglima TNI Djoko Santoso, Kapolri BHD, Kepala BIN Sutanto & Jaksa Agung Hendarman
Apa kelebihan dari pegawai-pegawai yang berada di bawah naungan Departemen Keuangan, bila dibandingkan prajurit TNI, anggota Kepolisian dan seluruh JAKSA di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini ?
Mengapa hanya Departemen Keuangan yang bisa dinaikkan gaji karyawannya, dibanding prajurit TNI, anggota Kepolisian dan seluruh JAKSA di negara ini ?
Ada apa antara Presiden SBY dan Menteri Keuangan Sri Mulyani ?
Mengapa Presiden SBY mengistimewakan Departemen Keuangan ?
Luar biasa teganya Presiden SBY membiarkan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Kapolri Jenderal BHD dan Jaksa Agung Hendarman Supandji itu bolak-balik mengikuti rapat-rapat panjang selama hampir 2 tahun dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani hanya untuk “bermimpi” bahwa satu saat mereka bisa menaikkan gaji bawahan-bawahan mereka lewat kebijakan RENUMERASI.
Luar biasa teganya Presiden SBY kepada seluruh prajurit TNI, anggota POLRI dan seluruh JAKSA yang tersebar di seluruh wilayah NKRI ini.
Apakah Yang Mulia Bapak Presiden SBY ini tahu, bahwa tidak semua prajurit TNI di Indonesia ini yang hidup seberuntung putra sulung Presiden SBY, Agus Harimurti ?
Ikut dalam Pasukan Perdamaian ke Libanon.
Setelah kembali ke Indonesia, sekarang bisa mendapatkan beasiswa untuk sekolah di Universitas Harvard (Amerika Serikat) memboyong anak isteri ke Negeri Paman Sam ?
Semua prajurit TNI, POLRI dan seluruh JAKSA di Indonesia ini, pasti akan dengan senang hati kalau nasib mereka bisa seberuntung itu.
Photo : Menkopolhukkam Djoko Suyanto, Presiden SBY, Kapolri BHD dan Panglima TNI Djoko Santoso
Dan Presiden SBY, sebaiknya jangan cuma retorika-retorika saja melakukan kunjungan ke berbagai daerah – tanpa menyertakan sense of crisis atau kepekaan terhadap krisis yang memang melanda negeri ini —.
Ajaklah Ibu Negara Ani Yudhoyono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani berkunjung ke barak-barak dan perumahan-perumahan sangat “ala kadarnya” untuk prajurit TNI, Polri dan semua Jaksa.
Lihat kehidupan mereka di bawah sana !
Ibu Negara Ani Yudhoyono dan khususnya Menteri Keuangan Sri Mulyani, boleh saja berdandan sangat amat cantik dan wangi setiap hari.
Tapi lihatlah, bagaimana nasib isteri-isteri dari prajurit TNI, POLRI dan semua Jaksa di seluruh wilayah Indonesia ini.
Lihatlah mereka, datang dan saksikan sendiri !
Banyak, banyak sekali, isteri-isteri dari seluruh prajurit TNI, POLRI dan JAKSA di Indonesia ini harus melakukan kerja atau usaha sampingan untuk bisa mendapatkan uang sampingan.
Membuka salon, warung makanan dan usaha-usaha sederhana yang bertujuan untuk menyelamatkan hidup mereka masing-masing.
Jadi, jangan arahkan jari telunjuk ke muka POLRI – khususnya ke muka Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri – terkait kasus perampokan super rakus ala Gayus Tambunan ini.
Terimakasih kepada Mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji karena telah membuka tirai gelap yang sangat mengejutkan lewat pengungkapan kasus Gayus Tambunan ini.
Sebab kalau kasus ini tidak dibuka, maka publik – khususnya media massa – tidak akan tahu bahwa sebenarnya DEPARTEMEN KEUANGAN sudah lebih dulu mendapatkan kenaikan gaji lewat kebijakan RENUMERASI.
Gayus Tambunan mendapatkan gaji diatas Rp. 12 juta setiap bulannya.
Luar biasa besarnya gaji Gayus Tambunan, dibanding prajurit TNI, POLRI dan Jaksa di seluruh Indonesia ini.
Ya, bisa dibilang bahwa gaji Gayus Tambunan, nyaris-nyaris sama dan setara dengan gaji penyidik-penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu nyaris sama-sama besar nominal gaji dan pendapatannya.
Sementara, gaji prajurit TNI, anggota-anggota POLRI dan Jaksa-Jaksa rata-rata take home pay mereka (di level bawah) hanya sekitar Rp. 2 sampai 3 juta saja.
Apa cukup, hidup di zaman sekarang dengan gaji dan pendapatan yang sebesar itu ?
Ya Tuhan, betapa jauhnya perbedaan antara gaji pegawai Depkeu dengan TNI, POLRI dan KEJAKSAAN ?
Jauh sekali bedanya !
Gaji sudah dinaikkan, kok Gayus Tambunan masih menggasak penggelapan uang pajak sebanyak hampir Rp. 25 Miliar ?
Gaji sudah disesuaikan dengan RENUMERASI, kok Gayus Tambunan masih rakus ?
Gaji sudah dinaikkan, kok Gayus Tambunan masih jadi markus alias makelar kasus ?
Bukan POLRI yang harus di persalahkan disini tetapi DEPARTEMEN KEUANGAN.
Mematut dirilah kalian semua yang berada di sana (di Departemen Keuangan) sebab sia-sia NEGARA menaikkan gaji kalian lewat kebijakan RENUMERASI.
Dalam sebuah kesempatan WAWANCARA EKSKLUSIF dengan KATAKAMI.COM di ruang kerjanya pada tahun 2009 lalu, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso pernah mengatakan bahwa dana operasi untuk TNI sempat agak tersendat realisasi pencairannya di Departemen Keuangan.
Sehingga Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso yang harus turun tangan yaitu berbicara secara langsung kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk memohon agar dana operasi TNI ( di tahun 2009 ) lalu bisa segera di cairkan.
Militer mana di dunia ini yang bisa bergerak, latihan dan menjalankan tugas-tugas operasi jika anggaran resmi untuk mereka tidak dicairkan ?
Dalam dalam setiap WAWANCARA EKSKLUSIF antara KATAKAMI.COM dengan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, Wakapolri Komjen Jusuf Manggabarani dan Jaksa Agung Hendarman Supandji sepanjang selama hampir 2 tahun ini, jika ditanya kapan realisasi kenaikan gaji terkait RENUMERASI pada anggota mereka maka ketiga PEJABAT TINGGI NEGARA ini akan tetap sama jawabannya alias KOMPAK yaitu “SEDANG TERUS DIBAHAS & MUDAH-MUDAHAN BISA SEGERA DI REALISASIKAN”.
Barangkali ketiga Pejabat Tinggi Negara ini sudah bosan mendengar pertanyaan yang itu-itu saja dari KATAKAMI.COM — setiap kali bertemu dalam berbagai kesempatan dan dalam WAWANCARA-WAWANCARA EKSKLUSIF dengan KATAKAMI.COM — sebab masalah RENUMERASI ini terus menerus kami tanyakan.
Dan jawaban mereka tetap saja sama selama hampir 2 tahun ini yaitu “MASIH DIBAHAS DAN BELUM BISA DIREALISASIKAN”.
Bayangkan, betapa kasihannya mereka ini harus berkutat dengan masalah birokasi yang berkepanjangan tanpa henti untuk mengurus masalah RENUMERASI ini dengan Pihak Departemen Keuangan.
Seakan-akan, jauh lebih tinggi kedudukan Menteri Keuangan Sri Mulyani di banding Panglima TNI, Kapolri dan bahkan Jaksa Agung untuk urusan keuangan ini.
Mereka semua terkesan harus merendahkan diri dan seolah-olah di pingpong hanya untuk melanjutkan perjuangan yang tak kenal lelah untuk membela nasib anak-anak buahnya yang rata-rata MELARAT semua hidupnya.
Perwira Tinggi – Perwira Tinggi dan Pejabat Tinggi Negara selevel mereka, mengapa dinistakan seperti itu !
Hormati dan hargai mereka dong, mereka bukan kelas-kelas jongos atau kroco-kroco yang harus menahan SABAR luar biasa menjalani semua aturan-aturan birokrasi yang sangat berlika-liku.
Mereka diwajibkan untuk taat dan tunduk pada aturan-aturan birokrasi yang sangat berkepanjangan di negara ini demi memperjuangkan nasib anak buah mereka agar jangan hidup MELARAT.
Dimana hati nuranimu, hai Presiden SBY ?
Dimana hati nuranimu, hai Panglima Tertinggi Militer Republik Indonesia ?
Kalau anda mau mengistimewakan satu instansi saja, jangan jadi Presiden di Indonesia ini.
Berlaku dan bertindaklah adil kepada semua INSTANSI di negara ini.
Kasihani prajurit-prajurit TNI, POLRI dan semua JAKSA di negara ini.
Darimana mereka mau mendapatkan uang yang pantas dan cukup untuk membiayai kelangsungan hidup anak isteri mereka ?
Yang mereka harapkan cuma dari negara.
Dari PEMERINTAH.
Tapi mengapa, PEMERINTAH di negara ini seakan bebal dan tidak berperasaan kepada mereka semua ?
Jangan diskriminasi.
Jangan menganak-emaskan satu INSTANSI atau satu MENTERI saja.
Adil, adilah di dalam kehidupan ini karena itulah nafas dari semua pengabdian kepada bangsa, negara dan rakyat Indonesia.
Jangan katakan LANJUTKAN terhadap penderitaan mereka, wahai Presiden SBY.
Kalau kata LANJUTKAN yang diucapkan maka penderitaan-penderitaan hidup merekalah yang akan terus berkelanjutan tanpa henti.
Tetapi, ucapkan kata lain yaitu LAKSANAKAN !
Ya, laksanakan RENUMERASI itu secara berkeadilan dan menyeluruh secara merata.
Hanya untuk membahas RENUMERASI saja, masak sampai harus memakan waktu bertahun-tahun ?
Payah Bapak Presiden SBY, anda sangat tega dan tidak berperasaaan kalau terus menerus menutup mata dan telinga terhadap penderitaan mereka.
Kasihani, kasihanilah mereka.
Kasihani, kasihanilah anak isteri dari para prajurit TNI, POLRI dan semua JAKSA itu.
Mereka semua anak-anak bangsa Indonesia yang pantas diperhatikan oleh NEGARA.
Payah sekali !
Jangan cuma enak-enakan saja di Istana Presiden, atau melanglang buana ke berbagai manca negara, atau berkunjung ke daerah-daerah untuk melambai penuh PESONA ke sana kemari.
Padahal di luar sana, di panggung-panggung kehidupan yang sangat nyata di tanah air ini, ada anak-anak bangsa yang mengabdi secara total dengan mengorbankan jiwa raga mereka, masih tetap akrab dengan kehidupan yang penuh keterbatasan, kemelaratan, kepedihan dan isak tangis anak isteri yang memilukan.
Dimana, katakan dimana sebenarnya hati nuranimu Presiden SBY ?
Bisakah engkau bersikap adil dan penuh belas kasih kepada anggota-anggota TNI, POLRI dan JAKSA di seluruh Indonesia ini agar hidup mereka bisa layak — sebagaimana kehidupan sebagai seorang manusia –.
Andai saja dana Century sebesar Rp. 6,7 Triliun itu bisa dibagi-bagikan secara merata, pastilah sangat menolong kehidupan mereka yang selama ini sangat memprihatinkan.
Oh Indonesiaku, betapa sedihnya menjadi abdi negara jika harus rela mengorbankan jiwa raga semata — tanpa ada balasan yang pantas dari pemerintah dan negaranya –.
(MS)
Polri Jagalah Soliditas, Waspadai Gerakan Devide Et Ampera
Tantangan Satgas Mafia Hukum, BONGKAR Indikasi Kemafiaan Komjen GM
Welcome Program Zero Beking Narkoba, Copotlah Gories Mere
Jakarta 23/3/2010 (KATAKAMI) Barangkali berita yang paling heboh di permukaan Indonesia beberapa hari belakangan ini didominasi oleh MABES POLRI. Setelah heboh dengan peperangan melawan terorisme.
Sekarang jadi berbalik 180 derajat. POLRI saling berperang dengan perwira tingginya sendiri yaitu mantan Kepala Badan Reserse & Kriminal (Kabareskrim) Komjen Susno Duadji.
Ada apa di dalam tubuh POLRI ?
Ada apa dengan antara sesama Bayangkara Negara ini ?
Siapa sebenarnya yang bersalah ? Siapa yang bisa dibenarkan dan siapa pula yang paling pantas dihukum ?
Semua jadi bingung atas kekisruhan didalam internal POLRI.
Photo : Komjen Susno Duadji & Komjen Ito Sumardi
Wawancara Eksklusif Kapolri BHD : Wajib Hukumnya Polri Mengamankan Kunjungan Obama
Wawancara Eksklusif Wakapolri Jusuf Mangga : Tugas Kami Tingkatkan Kesejahteraan
Tapi baiklah, yang ingin dibahas ini memang agak berbeda dari pembahasan lainnya.
Yang pertama ingin dibahas disini adalah soal tudingan bahwa di sebelah ruang kerja Kapolri dan Wakapolri adalah ruang tempat kongkow-kongkow MARKUS atas Makelar Kasus.
Itu adalah tudingan yang sangat memfitnah dan penuh dengan kebohongan.
Suudzon !
Sekilas gambaran mengenai MABES POLRI ini adalah ketat dan berlapisnya sistem pengamanan.
Ruang kerja Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dan Wakapolri Komjen Jusuf Manggabarani, sama-sama berada di Lantai 2 Gedung Utama Mabes Polri.
Untuk bisa menjangkau dan mengakses Gedung Utama ini dan hampir semua Gedung di Mabes POLRI, sistem pengamanannya menggunakan sistem kartu digital.
Dimana kartu tanda pengenal yang dimiliki oleh masing-masing anggota polisi, berfungsi ganda sebagai akses pembuka di Gedung tempat mereka bekerja.
Photo : Kapolri BHD pada pelantikan Wakapolri Jusuf Manggabarani
Terlambat satu detik saja, maka pintu akan secara otomatis terkunci.
Gedung Utama, sudah barang tentu sistem pengamanannya jauh lebih ketat.
Di Lantai 1, anggota Provost tersebar lumayan banyak disana.Sulit bagi orang luar untuk bisa masuk seenaknya ke Gedung Utama ini.
Suasananya cukup hening dan resmi sekali.Mustahil Gedung Utama itu bisa dipakai untuk cekakak cekikik, merumpi, bergossip ria, arisan ala aparat keamanan atau apalah yang nuansanya sangat “tidak resmi”.
Dimana-mana ada CCTV.
Dan kalau sudah berbicara mengenai CCTV berarti semua rekaman gambar itu menjadi terdokumentasikan secara “official” artinya menjadi dokumentasi institusi Polri.
Sehingga, janganlah kiranya dinistakan simbol-simbol Kepolisian ini bahwa seolah-olah POLRI secara institusi adalah kubangan sampah dan kotoran-kotoran moral yang bersembunyi di balik seragam coklat mereka.
Yang repotnya disini, masyarakat awam yang tidak tahu bagaimana seluk beluk MABES POLRI, pasti akan cepat termakan oleh beragam isu yang terlontar ke tengah masyarakat secara sepihak.
Mari semuanya, kita berpikiran positif dan menghilangkan sejauh mungkin segala sesuatu yang berbau SUUDZON.
Jangan tuding muka POLRI secara membabi-buta tentang seribu satu macam fitnah tentang korupsi, kolusi atau apapun juga yang muaranya pada demoralisasi.
Si A memalak A, si B mengkorupsi kasus B, si C begini dan si D begitu.
Waduh, kesannya MABES POLRI jadi sarangnya koruptor.
Padahal mereka adalah aparat penegak hukum.
Sehingga, berbahagialah koruptor-koruptor sejati dan penjahat-penjahat ekonomi yang sangat liar di negara ini karena MABES POLRI sedang dikuyo-kuyo.
Kita mengharapkan POLRI dapat bertugas secara profesional dan proporsional (dengan terus menjalankan konsisten reformasi birokrasi di dalam organisasi POLRI).
Harapan bersama dari seluruh rakyat Indonesia ini, akan sulit terealisasi kalau kita semua seolah-olah dipaksa untuk mengikuti euforia menggebuk POLRI secara keroyokan dan membabi buta.
Jika memang ada persoalan di dalam tubuh POLRI, biarkan mereka menertibkan segala persoalan itu sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku dalam organisasi POLRI.
Jika memang ada pelanggaran terhadap etika profesi atau norma-norma hukum, POLRI yang harus menyelesaikannya.
Bukan kita !
Bukan pengamat atau aktivis (apalagi yang memang ada “udang di balik batunya”).
Misalnya, wah … belum ada juga nih, jabatan prestisius yang diberikan — padahal sudah gertak sana gertak sini –.
Atau, patut dapat diduga ada juga perwira tinggi POLRI sendiri yang diam-diam sangat amat bermimpi bisa menjatuhkan Kapolri, Wakapolri, Irwasum, Kabareskrim, dan pejabat-pejabat teras POLRI agar pertarungan merebut kursi Tri Brata 1 atau Tri Brata 2 menjadi lebih leluasa dan aman sentosa.
Tak puas menohok kalangan pejabat teras yang terdiri dari para perwira tinggi, para perwira menengah juga di sodok.
Kasihan mereka, di guncang-guncang dan dipaksa untuk tersita konsentrasinya pada persoalan-persoalan dadakan semacam ini.
Ya bisa saja, ada yang terindikasi ingin menjatuhkan sebanyak-banyaknya pejabat Polri dan perwira menengah — padahal belum tentu mereka bersalah –.
Yang naga-naganya dilakukan adalah menggelindingkan dulu isu ini ke media massa agar tiap hari adalah pemberitaan yang negatif mengenai Polri tentang markus, korupsi dan sejenisnya.
Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) dalam hitungan beberapa bulan ke depan memang akan memasuki masa purna bhakti atau pensiun.
BHD akan resmi memasuki masa pensiun per tanggal 1 November 2010.
Bisa jadi, ada yang tak sabar ingin menurunkan Kapolri BHD.
Tetapi, ambisi untuk jadi Kapolri — jika BHD dilengserkan — terbentur pada sosok Komjen Jusuf Manggabarani yang saat ini menjabat sebagai Wakapolri.
Praktis dalam organisasi POLRI saat ini, sosok Jusuf Mangga merupakan figur yang sangat pantas dijagokan menjadi Kapolri menggantikan Jenderal BHD jika pensiun nanti.
Ribut-ribut menohok POLRI ini, bisa ditebak dan dispekulasikan siapa kira-kira yang menjadi biang keladinya (dari pihak internal POLRI sendiri).
Patut dapat diduga dia adalah yang saat ini kembang kempis hidungnya hendak mengadu-domba dan mengacaukan semua situasi agar internal POLRI terguncang kesana kemari.
Sudahlah, si biang keladi yang sangat tak sabaran ingin mencaplok jabatan dan mencuri kesempatan dengan cara mengadu-domba dan mendorong-dorong dengan cara-cara siluman agar antar perwira tinggi POLRI ribut sendiri ini, sebaiknya menyadari agar dirinya mematut diri alias NGACA.
Sudah bersih dan pantaskah ia menjadi Kapolri atau Wakapolri ?
Apakah memang tidak pernah ada perbuatan melawan hukum dalam kariernya selama ini — termasuk pelanggaran etika profesi — ?
Hei, jangan obok-obok institusi POLRI !
Biarkan Jenderal BHD menyelesaikan masa tugasnya sampai memasuki gerbang purna bhakti.
Dan itu hanya tinggal hitungan beberapa bulan ke depan.
Setengah tahun ke depan, biarkan Jenderal BHD bertugas sebaik mungkin sebagai orang nomor satu di dalam tubuh POLRI.
Sudahlah, jangan ada yang berakal busuk ingin mengguncang-guncang institusi sendiri. Supaya ramai dan terkesan heboh, isu digulirkan lewat media massa.
Oknum-oknum yang suka mengipas dan menikam dari arah belakang, tepuk tangan dan seakan tak sabar menanti kehancuran yang diidam-idamkan pada institusinya sendiri.
Kampungan cara-cara yang mengadopsi ilmu dan keahlian penjajah zaman dahulu kala yaitu politik adu domba alias DEVIDE ET AMPERA.
Dan kepada Presiden Susilo BambangYudhoyono, ada apa dengan diri anda Bapak Presiden ?
Mengapa anda terkesan diam saja, ketika institusi POLRI diserang ramai-ramai seperti ini ?
Anda jangan diam saja dong !
Dulu ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan MABES POLRI saling berseteru, anda juga terkesan mendiamkan dan lepas tangan !
Sekarang anda ulangi lagi sikap masa bodoh dan sok tidak mau tahu terhadap pentingnya menjaga SOLIDITAS institusi aparat penegak hukum semacam POLRI.
Kalau anda tidak mengerti, apa yang harus anda lakukan Bapak Presiden, maka isyarat yang terbaik untuk disampaikan kepada anda adalah keluarkan perintah anda secepatnya kepada Jajaran Polhukkam untuk membahas dimana atau jabatan apa yang kira-kira pantas diberikan kepada Mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji !
Semua ini memerlukan instruksi dan perintah anda, Bapak Presiden SBY !
Bisa jadi, Komjen Susno Duadji koar-koar kesana-kemari, adalah karena kekecewaan yang sangat mendalam atas pencopotan dirinya dari struktur organisasi POLRI.
Jadi jangan pura-pura tidak tahu dan tidak mau tahu lagi, Bapak Presiden SBY !
Anda terlalu tega sebagai seorang Kepala Negara, jika membiarkan POLRI ini di guncang-guncang dari sana – sini hanya karena persoalan sangat sepele – yaitu ada seorang perwira tingginya yang kecewa atau pencopotan dirinya –.
POLRI, mawas dirilah kalian dari segala ancaman perpecahan dan kehancuran.
Jaga soliditas.
Jaga harkat dan martabat.
Jaga nama baik.
Rakyat Indonesia akan tetap dan terus selamanya membutuhkan POLRI secara institusi.
Jangan hancurkan POLRI, hanya karena persoalan kecil yang sebenarnya bisa ditanggulangi jika pada petinggi atau penguasa di negeri ini memiliki kepedulian yang besar terhadap INSTISU POLRI.
Sekali lagi, POLRI, jagalah soliditas.
Jangan berkecil hati.
Jangan biarkan institusi kalian di hancurkan secara perlahan-lahan.
(MS)
Kemenangan Itu Kembali Berpihak Pada Obama Lewat Health Care Reform
Jakarta 21/3/2010 (KATAKAMI) Wow. Bukan Barack Hussein Obama namanya, kalau tidak menjadi NEWSMAKER. Presiden ke 44 Amerika Serikat ini mengulangi kembali kemenangannya yang gemilang di panggung perpolitikan Amerika.
Setelah menang secara mengagumkan dalam Pemilihan Umum Presiden (Presidential Election) tahun 2008 lalu. Lalu disambung dengan kemenangannya meraih NOBEL PERDAMAIAN pada bulan Desember 2009.
Kali ini, Obama meraih kemenangan sangat mengejutkan dan benar-benar bersejarah untuk yang ketiga kalinya.
Kemenangan yang tidak kalah dasyatnya bagi Obama adalah saat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika dibawah pimpinan Nancy Pelosi meloloskan Rancangan Undang Undang (RUU) Layanan Kesehatan atau Health Care Reform lewat sebuah proses VOTING pada Minggu (21/3/2010) malam waktu setempat atau Senin (22/3/2010) pagi waktu Indonesia.
RUU Layanan Kesetanan (Health Care Reform) ini sangat memihak dan begitu berdaya guna sangat tinggi untuk membantu kalangan masyarakat yang tak mampu dalam bidang pelayanan kesehatan mereka.
Padahal dulu, RUU Layanan Kesehatan ini sempat diperjuangkan oleh Presiden Bill Clinton dan kandas.
Sejak awal, Kubu Demokrat mengungkapkan bahwa mereka mendapatkan 216 suara yang dibutuhkan untuk lolosnya RUU itu setelah Gedung Putih memenangkan dukungan para pemimpin Demokrat yang anti-aborsi dengan (ditukar) jaminan Obama yang akan menerbitkan Keputusan Presiden yang memperkuat larangan menggunakan penggunaan anggaran pemerintah untuk aborsi.
Kongres yang dikendalikan oleh Partai Demokrat membuka kemenangan besar bagi Presiden Barack Obama dengan meloloskan rancangan undang-undang layanan kesehatan yang mendukung perluasan perawatan kesehatan bagi jutaan warga AS yang tidak dilindungi oleh asuransi.
Rancangan undang-undang layanan kesehatan ini pada dua bulan lalu sempat diragukan akan bisa lolos.
Tetapi sekarang dengan lolosnya Rancangan undang-undang ini, maka akan terbuka peluang bagi penertiban dari penyalahgunaan yang selama ini dilakukan oleh sejumlah perusahaan asuransi AS.
Text of White House Executive Order on Abortion
“RUU ini akan lolos. Kami akan melewati (kebutuhan suara) 216,” kata anggota DPR Bart Stupak, pemimpin kelompok anti-aborsi kepada wartawan mengumumkan kesepakatannya dengan Gedung Putih.
Stupak, yang mengumumkan pernyataannya itu bersama enam orang anggota DPR lainnya yang anti-aborsi, menyatakan bahwa dia puas atas Kepres dari Obama yang akan menjadi regulasi bahwa larangan penggunaan anggaran pemerintah federal untuk aborsi tidak akan berubah dengan keluarnya UU Kesehatan.
“Sejak awal Presiden telah menyatakan bahwa reformasi asuransi ini tidak boleh menjadi forum yang menciptakan preseden legislasi yang berlarut-larut,” kata Direktur Komunikasi Gedung Putih Dan Pfeiffer yang menyampaikan Kepres itu.
Kesepakatan ini keluar setelah dua hari negosiasi yang alot dengan Stupak dan kubu anggota DPR yang belum menentukan sikap (dalam RUU Kesehatan) di tengah kebutuhan 216 suara yang dibutuhkan DPR untuk mengesahkan RUU itu, melawan suara solid kubu Republik.
Legislasi ini akan menjadi perubahan yang paling menghanyutkan dalam sistem layanan kesehatan AS yang bernilai 2,5 triliun dolar AS pada beberapa dekade terakhir ini.
UU baru ini juga akan memperluas lingkup perlindungan kesehatan untuk jutaan orang yang tak berasuransi dan melarang perusahaan asuransi menolak menjamin sejumlah kasus kesehatan tertentu.
Kali ini, Barack Obama yang memenangkannya lewat proses voting yang sangat tipis bedanya.
Kubu Demokrat memperoleh 219 suara.
Dan Kubu Republik memperoleh suara 212.
Sehingga wajar, ketika dalam pesan singkat lewat jejaring sosial TWITTER, akun atas nama Barack Obama langsung mengirimkan ungkapan yang sama (seperti saat mengikuti Presidential Election dulu) yaitu YES, WE CAN !
Perjuangan meloloskan RUU Layanan Kesehatan inilah yang menjadi dasar pemikiran dan latar belakang keputusan Presiden Obama menunda jadwal kunjungan kenegaraannya ke Indonesia, Guam dan Australia.
Kritikan bermunculan bahwa seolah Obama terlalu mudah untuk menunda. Lalu untuk menyelamatkan muka, pihak Pemerintah Indonesia terkesan sesumbar bahwa penundaan kunjungan kenegaraan Presiden Obama untuk yang kedua kalinya ini adalah atas saran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Baik amat, kalau misalnya mau memberikan saran penundaan begitu kepada Presiden Obama.
Kalau memang benar memberikan saran penundaan, mengapa tercetus dari mulut salah seorang menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II yaitu Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhammad yang mendadak ingin jadi keynote speaker (pembicara utama) dalam Seminar Internasional Ann Dunham Soetoro & Ekonomi Kerakyatan – yang berlangsung Kamis 18 Maret 2010 lalu – bahwa Presiden SBY sedang mempertimbangkan untuk memberi penghargaan khusus kepada ibunda Presiden Obama (Ann Dunham Soetoro) atas jasa-jasanya kepada Indonesia.
Menurut Fadel Muhammad, penghargaan untuk ibunda Presiden Obama itu akan disampaikan secara simbolis di hadapan Presiden Obama saat jamuan makan kenegaraan di Istana Negara pada Rabu (23/3/2010) malam.
Tapi ternyata, rencana kunjungan kenegaraan itu ditunda.
Pastilah kini, Presiden Obama dan seluruh Kubu Partai Demokrat berlega hati karena ganjalan terberat pada pihak mereka selama setahun terakhir ini bisa meraih kemenangan sangat mengejutkan.
“I’m here because of My Mom”.
“I’m here because of Natoma”.
Natoma adalah salah seorang warga Amerika yang berkirim surat kepada Presiden Obama untuk menceritakan tentang beban kehidupannya terkait masalah kesehatan.
Inilah kalimat-kalimat yang menjadi iklan layanan sosial dari pihak Gedung Putih dan Kubu Demokrat tentunya yaitu I’m here for …”
Bukan secara khusus ditujukan Presiden Obama kepada Sang Bunda yaitu Stanley Ann Dunham Soetoro yang memang meninggal dunia karena sakit kanker indung telur pada tahun 1995 lalu.
Dulu, Ann Dunham Soetoro memang sempat terbelenggu oleh beratnya beban membayar biaya pengobatan dalam sakit panjangnya yang berakhir pada pintu kematian.
Presiden Obama berbicara dan gigih memperjuangkan RUU Layanan Kesehatan (Health Care Reform) ini untuk banyak ibu, banyak anak, orangtua dan rakyat Amerika yang memang tidak berkemampuan untuk membayar biaya kesehatannya.
Seperti dalam sebuah ungkapannya, Presiden Obama mengatakan, “ Dont do it for me. Dont do it for Democrat. Do it for American People”.
Obama hanya ingin melakukan apa yang bisa ia lakukan dalam masa kekuasaannya untuk kemanusiaan.
Barangkali, sekarang ini masih agak sulit diterima oleh sebagian elite dan politisi Amerika bahwa pajak mereka akan tersubsidikan kepada orang-orang sakit yang tak berdaya membayar biaya kesehatannya.
Nanti satu waktu, apa yang diperjuangkan oleh Presiden Obama ini baru bisa dipahami dan diakui sebagai sesuatu yang berguna bagi kemanusiaan.
Obama adalah kisah tentang seorang anak manusia yang diantarkan oleh babak demi babak dalam kehidupannya kepada gerbang demi gerbang kemenangan.
Dari kemenangan yang satu, jejak kaki Obama melangkah terus menuju gerbang gerbang kemenangan berikutnya.
Semoga setiap tujuan dari langkah kaki Obama dalam masa kekuasaannya ini, memang selalu untuk kepentingan yang baik.
Baik untuk kemanusiaan. Baik untuk kehidupan.
Tuhan begitu baik, memberikan keajaiban-keajaiban dan kebaikan-kebaikan, untuk seorang Obama.
Miracle.
Ya, keajaiban yang terwujud atas dasar kebaikan Tuhan ini, memang sudah sepantasnya dipersembahkan oleh Presiden Obama pada masa kekuasaannya ini dengan selalu mengedepankan kepentingan bangsa, negara dan rakyat yang dicintai serta mencintainya.
Congratulations Barry !
Yes, You Can !
(MS)
Kenanglah Ann Dunham Obama, Pahlawan Kemanusiaan Tanpa Tanda Jasa
MAWAR SURGA ITU BERNAMA STANLEY ANN DUNHAM
MENGENANG STANLEY ANN DUNHAM, SANG PENCINTA SENI
Jakarta 20/3/2010 (KATAKAMI) Siapa sih yang tidak mengenal secara baik sosok Barack Hussein Obama ? Bertahun-tahun sebelum ia duduk di Gedung Putih, kiprahnya di dunia perpolitikan Amerika sudah mengangkat namanya.
Tetapi, siapakah (diluar keluarga intinya) yang bisa mengenal secara sama baiknya sosok Stanley Ann Dunham (ibu dari Barack Hussein Obama) ?
Orang hanya mengkaitkan nama Stanley Ann Dunham sebagai orang yang paling berpengaruh dan paling berarti dalam diri serta kehidupanBarack Hussein Obama.
Tidak banyak yang tahu bahwa sesungguhnya sosok Stanley Ann Dunham, sudah lebih dulu berkiprah secara nyata di Indonesia. Walau memang, tidak secara khusus berkelana di panggung-panggung politik.
Di Indonesia ini, Ann – panggilan Stanley Ann Dunham – pernah tinggal sangat lama. Terutama setelah perkawinan pertamanya dengan pria keturunan Kenya (Barack Obama Senior, red) kandas.
Cintanya yang tertaut pada seorang pria Indonesia (Lolo Soetoro, red) , menjadi jalan pembuka bagi Ann untuk mengenal, datang, tinggal, bekerja dan akhirnya begitu mencintai Indonesia secara total.
Ann memang memiliki dan menjalani karier profesionalnya di Indonesia.
Antara bulan Januari 1968 sampai Desember 1969, Ann bekerja sebagai Asistem Direktur Lembaga Indonesia – Amerika di Jakarta.
Photo : Barack Hussein Obama (Sr) dan Stanley Ann Dunham sedang menggendong Obama (Jr)
Bulan Januari 1970 sampai Agustus 1972, Ann adalah Direktur LembagaPendidikan & Pengembangan Manajemen yang tugas utamanya adalah melakukan supervisi penerbitan buku-buku pendidikan dan manajemennya.
Tahun 1977, Ann kembali ke Jakarta dan bekerja sebagai Instruktur di Balai Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Setahun kemudian yaitu tahun 1978, ia menjadi Konsultan di Kantor Perwakilan International Labour Organization (ILO) di Jakarta.
Tahun 1978 – 1980 juga, Ann menjadi Konsultan pembangunan pedesaan USAID di Departemen Perindustrian RI. Di masa menjadi Konsultan USAID inilah, Ann aktif mengunjungi desa-desa terpencil di pedalaman Pulau Jawa untuk secara khusus membantu KAUM PEREMPUAN yang miskin.
Tahun 1981 – November 1984, Ann menjadi Supervisor Program Pemberdayaan Perempuan di FORD FOUNDATION ASIA TENGGARA yang memiliki kantor perkawinannya di Jakarta.
Kemudian tahun 1988 (setelah bekerja di Asia Development Bank atau ADB di Pakistan), Ann kembali ke Jakarta dan menjadi Koordinator Riset dan Konsultan di Bank Rakyat Indonesia.
Ia turun langsung melakukan pelatihan-pelatihan karyawan di 7 provinsi dan membantu skema mikro kredit bagi rakyat miskin dan menganalisa data-data.
Pekan ini, nama Stanley Ann Dunham mendadak jadi “terkenal” di Indonesia.
Pertama karena semua media massa mengulas siapa dan bagaimana Ann – menjelang kunjungan kenegaraan Presiden Obama ke Indonesia tetapi akhirnya Gedung Putih mengumumkan kembali bahwa rencana kunjungan itu ditunda karena Presiden Obama mau tak mau harus tetap berada di negaranya untuk sebuah urusan domestik yang sangat penting bagi Amerika yaitu “mengawal” proses legislasi” RUU Kesehatan (Health Care Reform).
Kedua, nama Ann disinggung karena pada pekan ini jugalah diadakan sebuah seminar internasional yang membahas disertasi Stanley Ann Dunham yang berjudul Pendekar-Pendekar Besi Nusantara (Kajian Antropologi Tentang Pandai Besi Di Indonesia).
Pendekar – Pendekar Besi Nusantara
Photo : Pembicara Utama & Peserta Seminar Internasional Ann Dunham (18/3/2010)
Seminar internasional yang diberi judul “Ann Dunham Soetoro dan Ekonomi Kerakyatan” ini telah berhasil dilaksanakan hari Kamis (18/3/2010) lalu di Jakarta.
Teguh Santosa, Pemimpin Redaksi Situs Berita Rakyat Merdeka Online) yang merupakan “junior Ann” di University Of Hawaii at Manoa (UHM), patut diberi apresiasi dan aplaus yang meriah atas inisiatif dan kepeduliannya memperkenalkan sosok Ann Dunham Soetoro – tanpa harus mendompleng nama besar Obama sebagai Presiden Terpilih AS –.
Dalam seminar internasional itu juga, dibagian secara gratis buku terjemahan dalam Bahasa Indonesia Disertasi Ann Dunham.
Atas peran dari Teguh Santosa jugalah – berkaitan dengan seminar internasional tadi – didatangkan seorang pembicara penting dari Hawaii yaitu PROFESOR ALICE DEWEY.
Kemudian, ikut menjadi pembicara adalah sahabat dekat Almarhum Stanley Ann Dunham yaitu JULIA SURYAKUSUMA, La Ode Ida (Dewan Perwakilan Daerah) dan Wartawan Senior Kompas Budiarto Shambazy.
Hadir dalam acara ini Aktor Ikranegara dan isteri, Melly G. Tan, Pakar Komunikasi Effendi Gazali, Pakar Politik Adhie Massardi dan lain-lain,
Prof Alice yang memiliki nama berbau Indonesia yaitu SURATMI ini, adalah Ketua Komite Ph.D bagi Ann Dunham.
Datang jauh-jauh dari Hawaii ke Indonesia untuk menjadi pembicara utama dalam seminar internasional itu, Alice yang masih sangat sehat walafiat dan begitu energik di usia 81 tahun – memang merupakan sosok yang paling berperan dalam kehidupan Ann Dunham ketika menjalani dan akhirnya meraih title Ph.D dari University Of Hawaii.
Harus diakui bahwa sosok Ann Dunham memang belum begitu dikenal di Indonesia.
Seperti yang sudah diungkap di bagian atas tulisan ini, Ann Dunham mendadak jadi perhatian hanya karena anak kesayangannya menjadi Presiden Amerika.
Dan pekan ini, sosok Ann Dunham memang diminati media massa untuk menjadi konsumsi pemberitaan adalah semata-mata karena faktor rencana kunjungan kenegaraan Presiden Barack Obama.
Padahal kalau mau jujur, Ann Dunham jauh lebih pantas untuk dibahas sebagai “dirinya sendiri” dengan seluruh karya dan nilai-nilai kepejuangannya di Indonesia.
Ann Dunham adalah seorang INDONESIANIS.
Ia disebut sebagai seorang INDONESIANIS, bukan karena ia menikah pada pernikahan keduanya dengan Pria Indonesia yang bernama LOLO SOETORO.
Pernikahan kedua dengan Pria Indonesia itu hanya menjadi “entry point” bagi Ann Dunham untuk mengenal, mencintai, berkarya dan mengabdikan diri pada nilai-nilai kemanusiaan yang diberikan secara tulus kepada Indonesia.
Photo : Prof. Alice Dewey
Dalam kata perngantarnya pada buku Disertasi Ann Dunham, Profesor Alice Dewey menuliskan sebagai berikut :
“Pada tahun 1967, Ann Dunham (dikenal juga sebagai Ann Soetoro) pindah ke Indonesia dengan putranya Barack Obama (dari pernikahan pertamanya) dan suaminya yang beretnis Jawa, Lolo Soetoro. Saat itu, Ann sudah mendapat gelar B.A dari University of Hawaii dalam bidang Antropologi dan merupakan penenun yang mahir. Oleh karena itu, mudah dipahami mengapa Ann sangat tertarik pada keaneka-ragaman cultural Indonesia dan pada berbagai kerajinan, terutama batik yang elegan dan kain tenun ikat”.
Selanjutnya Profesor Alice Dewey menuliskan juga :
“Ann berkenalan dengan penduduk desa, terutama pada pengrajin. Ann tidak hanya menghargai kompleksitas kerajinan, tetapi juga nilai ekonominya sebagai sumber pendapatan. Ann melakukan banyak sekali penelitian di Indonesia dalam beragam kerajinan tadi, terutama mencakup kerajinan besi, kain (batik, tenun ikat dan sebagainya), kulit (wayang kulut dan lain sebagainya), keramik (peralatan dapur dan patung) dan keranjang”.
Apa sebenarnya yang menarik dari sosok Ann Dunham ?
Photo : Lolo Soetoro, Ann Dunham, “Barry” Obama & Maya Soetoro
Apakah karena ia menikah dengan seorang Pria Indonesia – sehingga perjodohan antar bangsa yang sangat menyentuh hati ini – membawa Ann menjadi sangat mengabdikan dirinya pada nilai-nilai kemanusiaan dalam penelitian dan seluruh perjalanan kariernya di Indonesia ? Apakah karena Ann Dunham menjadi ibu dari seorang Presiden Amerika ?
Hal utama yang membuat Ann Dunham sangat pantas untuk dikenal dan dikenang di Indonesia – bukan karena ia Ibu dari Presiden Barack Obama — !
Ann Dunham memang pantas untuk dikenal dan dikenang di Indonesia karena ia punya jasa yang nyata. Jasa atau peran yang secara terus menerus dan berkesinambungan telah dilakukan Ann semasa ia tinggal di Indonesia.
Ia turun langsung ke desa- desa, ke pedalaman-pedalaman, ke pelosok-pelosok, dan mendekatkan dirinya secara nyata ke penduduk desa.
Photo : Wartawan Senior Kompas, Budiarto Shambazy
Kepada KATAKAMI.COM hari Kamis (18/3/2010) di sela-sela Seminar Internasional Ann Dunham Soetoro dan Ekonomi Kerakyatan, Wartawan Senior dari Harian Kompas, Budiarto Shambazy menyampaikan pandangannya tentang sosok Ann Dunham
“Keluarga Obama ini punya tradisi sebagai Keluarga Intelektual. Lihatlah Barack dan Maya, mereka semua Intelektual. Kalau dikategorikan maka Ann ini adalah Indonesianis. Ann ini turun ke bawah, dia datangi Pasar Bringharjo (di DI Yogyakarta), kasongan, kasongan sekarang kita ribut karena industry kasongan maju di Bantul. Sementara Ann sudah menuliskan itu terlebih dahulu puluhan tahun yang lalu” kata Budiarto Shambazy.
Menurutnya, Ann Dunham adalah seorang ilmuwan sejati yang mengakar.
“Ann ini memang seorang aktivis yang aksesnya jauh lebih bagus dari ilmuwan lain yang bisanya cuma duduk di perpustakaan dan wawancara orang. Nah, Ann ini adalah tipikal Indonesianis yang giat bekerja, aktif di bidang yang dia tekuni. Ann itu berhadapan dengan kalangan miskin. Jadi kalau kita mau mengenal Amerika, jangan cuma tahu Amerika karena faktor George Bush doang, atau Holywood doing. Ann ini lho contoh “The Real American”.
Lalu, di mata Budiarto Shambazy yang juga merupakan Pengamat Politik Amerika, sosok Ann Dunham adalah pribadi yang memang sangat mengesankan.
“Ann itu berani melawan zamannya. Dia tidak boleh menikah dengan lelaki hitam tetapi ia lawan. Padahal resikonya besar. Untunglah dia tinggal diHonolulu yang menjadi sarangnya liberal. Ann adalah tipe perempuan pemberani. Setelah pernikahan pertamanya gagal, ia menikah dengan pria Indonesia. Dia tidak pernah dan tidak suka dengan pria-pria bule. Semua ini menunjukkan Ann Dunham berani menerjang badai, melawan arus” lanjut Budiarto Shambazy.
Budiarto Shambazy juga menambahkan bahwa Ann Dunham adalah layak untuk dihargai.
“Saya pribadi pernah mendengar ini secara langsung di Pasar Bringharjo sana. Masih banyak, penduduk-penduduk desa yang tetap mengenal Ann. Itu tidak bisa dipungkiri. Peran Ann Dunham sangat legendaris disana. Barangkali lebih dari ratusan orang-orang kecil di Pasar Bringharjo sana yang tetap mengingat dan mengenang Ann Dunham. Saya wawancarai penduduk di Paku Alaman sana, mereka semua tetap ingat dan sangat mengenang dengan baik sosok Ann. Mereka tidak pernah melupakan Ann. Ya memang, yang mengenal dan mengenang Ann disana adalah orang-orang tak berdaya, yang tidak punya identitas. Mereka bukan orang-orang terkenal. Tapi disanalah, Ann dikenal dan dikenang secara legendaris selama puluhan tahun ini” ungkap Budiarto Shambazy.
Photo : Barack Obama & Maya Soetoro Ng
Ann Dunham meninggal bulan November 1995 karena kanker indung telur.
Presiden Barack Obama begitu mencintai ibunya.Ini sangat lumrah dan bisa dipahami karena sejak dari usia 2 tahun, Obama (Jr) sudah berpisah dari Sang Ayah.“Saya tahu, Ibu adalah orang yang paling baik, paling murah hati dan saya berutang budi kepadanya untuk hal-hal terbaik dalam diri saya” ungkap Presiden Obama dalam berbagai kesempatan.
Dari buku Dreams From My Father yang ditulis langsung oleh Presiden Barack Obama, Obama mengisahkan bagaimana bentuk-bentuk cerita yang didengarnya dari sang ibu mengenai ayah kandungnya yaitu Obam Sr.
Walau kadang menceritakan sesuatu yang “negatif” tetapi sisi kenegatifan itu adalah sisi humanis yang justru menjadi sangat manis untuk didengar.
Terbukti disini bahwa Ann adalah perempuan yang berhati mulia.
Ann tidak mengajarkan anaknya untuk membenci sang ayah yang telah meninggalkan isteri dan anak semata wayang mereka, hanya demi membela spirit kuat membangun tanah kelahirannya di Afrika.
Sebab dalam banyak kejadian, isteri yang kecewa atas keretakan atau kehancuran rumah tangga tak jarang melakukan “brain-wash” atau “cuci otak” kepada anak-anaknya agar menjauhi, membenci dan melupakan sang ayah.
“Ayahmu adalah pengemudi yang mobil yang buruk,” ibuku menjelaskan kepadaku. “Dia sering mengemudi di jalur sebelah kiri, sebagaimana orang Inggris mengemudikan mobilnya, dan kalau kau memberi komentar, dia hanya akan menggerutu tentang aturan orang Amerika yang tolol !” (termuat pada halaman 26).
Dan salah satu mata rantai dari kehidupan Obama yang diuraikannya dalam buku Dream From My Father adalah sosok ayah tirinya yaitu Lolo Soetoro dan kisah masa kecilnya saat hidupselama beberapa tahun di Indonesia.
Dalam buku Dreams From My Father juga tergambarkan dengan sangat amat jelas, bagaimana dasar-dasar yang kuat dibentuk Ann Dunham dalam kepribadian Obama.
“Kami tinggal di Indonesia selama tiga tahun waktu itu, sebagai hasil dari pernikahan ibuku dengan seseorang berkebangsaan Indonesia bernama Lolo, mahasiswa lain yang ditemui ibuku di Universitas Hawaii. Nama lelaki itu berarti “gila” dalam bahasa Hawaii, yang membuat Kakek selalu tertawa geli. Namun, arti nama tersebut tidak sesuai untuk lelak itu karena Lolo memiliki tingkah laku yang baik dan lemah lembut terhadap orang lain. (termuat dalam halaman 53).
Salah satu yang cukup menarik dalam buku ini – sekaligus yang cukup menggelikan – adalah saat Obama mengisahkan bagaimana kakek dan neneknya sangat sibuk membantu persiapan Ann Dunham dan Obama Junior pindah ke Indonesia.
“Toot (yang artinya Tutu atau dalam bahasa Kenya diartikan sebagai panggilan kepada Nenek) masih saja bersikeras agar kami membawa koper yang penuh dengan perbekalan tang, susu bubuk, berkaleng-kaleng sarden. “kau tak pernah tahu mereka itu makan apa,” ujarnya tegas. Ibuku menghela napas, namun Toot memasukkan beberapa kotak permen agar aku lebih membelanya daripada Ibu (termuat dalam halaman 54).
Dan di bagian berikutnya dalam buku ini yang sangat menarik adalah saat Obama menceritakan juga bahwa semasa ia tinggal di Indonesia ini, ia pernah dibuat sampai benjol dilempar oleh teman mainnya yang bercurang curang. Akibat kejadian yang sangat tidak adil pada anak tirinya itu, Lolo Soetoro mengajarkan kepada Obama kecil cara melindungi diri dengan belajar atau latihan TINJU.
Photo : Obama di South Shore, Oahu, Hawaii
Presiden Obama juga menyebutkan bahwa salah satu barang bawaan kesayangannya sebagai kandidat Presiden Amerika adalah foto tebing di South Shore, Oahu, Hawaii, tempat abu ibunya di tebarkan.
Jika seorang anak, secara tulus mengenang ibu yang melahirkan dirinya, maka itu adalah sesuatu yang sangat amat wajar dan manusiawi.
Tetapi kita yang berada di Indonesia, kadang kala terlambat atau bahkan enggan untuk mengenang dan tulus memberikan penghargaan kepada pihak lain yang sesungguhnya berjasa secara nyata.
Stanley Ann Dunham berjasa pada Indonesia.
Ann memang tidak berjasa secara lahiriah pada elite-elite politik Indonesia di zamannya.
Ann juga tidak berjasa pada panggung-panggung kekuasaan di Indonesia.
Photo : Ann Dunham akrab dan rajin mengunjungi para pengrajin di pedesaan
Jasa Ann, terasa nyata justru pada orang-orang kecil, pada akar rumput dan pada kalangan miskin yang hina, tak berdaya dan sungguh terpinggirkan oleh tangan-tangan kekuasaan di Indonesia.
Ketika penguasa di Indonesia secara arogan dan sombong mengabaikan dan meminggirkan betapa mendesak untuk secara nyata memperhatikan, menolong, mengurus dan membantu rakyat kecil di desa-desa, pedalaman-pedalaman dan di berbagai pelosok daerah di Indonesia, Ann Dunham justru melakukannya secara tulus dan NYATA.
Rakyat kecil di desa-desa, di pedalaman-pedalaman dan di berbagai pelosok daerah di Indonesia — yang pernah mengenal secara langsung dan ditolong oleh Ann Dunham — tentu menempatkan dan menyimpan nama Ann di dasar hati serta memori diri mereka secara istimewa.
Mereka mengenang Ann Dunham, bukan karena Ann Dunham adalah ibu dari seorang Presiden Amerika.
Photo : Ann Dunham di Lombok (NTB)
Mereka mengenang Ann Dunham karena belasan atau puluhan tahun yang lalu, perempuan kelahiran Kansas 29 November 1942 ini pernah menjadi bagian dari lembaran kehidupan mereka yang pedih, perih dan serba berkekurangan pada potret-potret kemiskinan yang seakan sudah menjadi pemandangan standar di Indonesia.
Jadi kalau sekarang, sebagian orang mencoba mengenal dan mengenang Ann Dunham — hanya karena faktor keberadaan Ann Dunham sebagai Ibu dari Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama — maka semua itu hanyalah fatamorgana.
Sia-sia.
Kenang, Kenanglah Stanley Dunham, sebagai pejuang kemanusiaan di Indonesia.
Ann Dunham memang pejuang kemanusiaan bagi orang-orang kecil, rakyat yang miskin, kaum perempuan yang tak berdaya dan tersakiti serta akar-akar rumput yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia.
Ann Dunham adalah pejuang kemanusiaan tanpa tanda jasa.
Itulah sebabnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak perlu repot-repot dan sok berbaik hati ingin menganugerahkan BINTANG TANDA JASA kepada sosok Stanley Ann Dunham.
Seperti yang disampaikan Menteri Perikanan & Kelautan Fadel Muhammad saat secara “mendadak” ingin sekali berbicara dan ingin membuka Seminar Internasional Ann Dunham Soetoro & Ekonomi Kerakyatan (18/3/2010 lalu), Presiden SBY sedang “mempertimbangkan” agar pada saat Jamuan Makan Malam Kenegaraan saat kunjungan Presiden Obama ke Indonesia maka Presiden SBY atas nama PEMERINTAH INDONESIA akan menganugerahkan BINTANG TANDA JASA kepada Stanley Ann Dunham.
Tetapi ternyata angan-angan dan ambisi Presiden SBY itu kandas.
Sebab Gedung Putih sudah secara resmi mengumumkan bahwa Presiden Barack Obama menunda kembali untuk yang kedua kalinya rencana kunjungan kenegaraannya ke Indonesia. Penundaan pertama dilakukan bulan November 2009 lalu.
Penundaan kunjungan kenegaraan Presiden Obama itu lebih disebabkan karena Presiden Obama memang harus berkonsentrasi pada proses legislasi RUU Kesehatan (Health Care Reform) yang akan di voting pada akhir pekan ini. PEMERINTAH INDONESIA juga tidak perlu repot-repot paduan suara untuk membela diri dan menyelamatkan muka.
Ada yang ngoceh, penundaan ini bukan karena masalah terorisme.
Ada yang juga yang mengatakan bahwa penundaan ini justru karena saran Presiden SBY.
Elite-elite pemerintah ini seakan bermulut besar semua dan terkesan kalap untuk menyelamatkan muka.
Bikin malu saja !
Kalau memang Presiden SBY yang sangat ambisius memanfaatkan jasa-jasa Stanley Ann Dunham untuk dipamerkan di hadapan Presiden Obama ini menyadari pentingnya kerjasama dengan Amerika Serikat maka lakukanlah dulu hal-hal penting yang terbaik untuk rakyat Indonesia.
Kurangi angka kemiskinan dan jangan buat rakyat yang miskin ini menjadi tambah MISKIN !
Tidak usah repot-repot memamerkan batik koleksi Ann Dunham semasa hidupnya, dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain.
Tidak usah repot-repot memerintahkan POLRI untuk agresif dar der dor sana dar der dor sini atas nama penanganan terorisme.
Tidak usah repot-repot mau mengekspolitasi peran dan jasa Stanley Ann Dunham semasa mengabdikan dirinya secara total di Indonesia sebagai aktivis, peniliti dan pejabat organisasi internasional yang berpengaruh di Indonesia.
Sebab Stanley Ann Dunham sudah dari dulu dan sudah lebih dulu dianuheragi gelar pahlawan kemanusiaan di hati rakyat kecil yang tak berdaya — yang dulu secara terus menerus diperhatikan, ditolong, dibantu, dibela dan diberdayakan oleh Ann Dunham.
Pahlawan kemanusiaan tanpa tanda jasa ini, tidak membutuhkan BINTANG TANDA JASA dari Presiden SBY.
Yang pasti diinginkan oleh Ann Dunham adalah bela, perhatikan, tolong, berdayakan dan cintailah rakyat kecil itu secara nyata dan tak berkesudahan.
Yang pasti diinginkan oleh Ann Dunham adalah berikan pengabdian yang terbaik dan totalitas dalam melayani orang-orang kecil yang tak berdaya — yang hidupnya penuh kehampaan, kemiskinan dan kemelaratan.
Ia pasti tidak butuh TANDA JASA yang formal dan penuh sarat dengan kepentingan politik negara (Indonesia).
Ia pasti tidak butuh TANDA JASA yang mendadak hendak diberikan — hanya karena ingin mencari muka dan terkesan sok perhatian kepada sosok Ann.
Tirulah hal baik yang sangat membanggakan, yang dulu pernah dilakukan Ann Dunham di Indonesia.
Tirulah hal-hal yang sangat manusiawi, yang dulu pernah dilakukan Ann Dunham di Indonesia.
Sebab Stanley Ann Dunham, — sekali lagi, adalah benar seorang Pejuang Kemanusiaan Tanpa Tanda Jasa.
Terimakasih Ibu Ann, untuk cinta, pengorbanan dan pengabdian anda yang sangat menyentuh hati untuk Indonesia. Untuk rakyat kecil yang sampai sekarang mengingat dan mengenang anda secara di tulus di desa-desa, di pelosok-pelosok dan di berbagai pedalaman Indonesi.
Sungguh, kami berterimakasih Ibu Ann.
(MS)